Ambon-Maluku; Tantangan Hendrik Lewerisa dan Abdullah Vanath (LAWAMENA), untuk membangun Maluku tidak mudah. Meskipun gebrakan dan lobi politik ditingkat pusat sudah dilakukan jauh hari. Selain tantangan berat, medan juga tidak mudah untuk menaklukan segudang persoalan pembangunan yang numpuk di Maluku.
Setidaknya, patut kita merasa optimis.Tatkala posisi Hendrik (HL), masih punya kans besar ditingkat pusat. Terutama dimata Presiden, Prabowo Subianto. Bukan suatu kebetulan, HL yang Menjabat Ketua DPD Partai Gerindra Maluku, sekaligus menjadi Gubernur Maluku terpilih, agak mudah melobi kebijakan pempus untuk kepentingan Maluku kedepan.
Kemistri politik yang terbangun antara HL dan Prabowo (Ketum DPP Gerindra), memberi secercah harapan. Pertanda, keberpihakan kebijakan pempus bakal lebih banyak condong ke Maluku. Ada pintu masuk yang memudahkan jalan pemerintah daerah untuk mengeksekusi kebijakan-kebijakan daerah ditingkat pusat.
Portofolio pembangunan Maluku butuh sinergitas. Keseimbangan kekuasaan yang mengharuskan sharing off power di daerah jauh lebih penting untuk menangani problem krusial bersama di Maluku. Justru inilah menjadi ujian keras, bahwa, sejauh mana Pasangan Hendrik – Vanath, merangkul entitas publik yang potensial, menjaga sinergitas kekuasaan (eksekutif & yudikatif). Sehingga LAWAMENA, tidak dianggap “hebat” bahkan berjalan ansih dalam menangani semua persoalan di Maluku.
Tantangan terberat menanti didepan mata. Persoalan krusial yang tak henti bergerak. Semisal, KKN, Kemiskinan, pelayanan publik, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, perikanan & kelautan, serta ketimpangan sosial didaerah terpencil dan pedalaman yang minim disentuh pemerintah.
Inilah bukan perkara mudah. Bagi, Handrik dan Vanath yang sudah tahu persis, bagaimana cara penanganannya, butuh kerja cepat, lompatan kebijakan yang strategis dan inovasi. Agar masalah pembangunan Maluku paling tidak, bisa diminimalisir kondisinya. (Bersambung)***