BACARITAMALUKU. COM_Ambon; Para Bakal Calon Bupati dan Bakal calon wakil Bupati Maluku Barat Daya 2024 diharapkan bisa mewarnai pilkada dengan ajang adu ide dan gagasan bukan caci maki dan saling serang satu sama lain bahkan mencari-cari kesalahan lawan politik.
Satu saat jika Tuhan ijinkan saya ikut dalam kontestasi pilkada apakah itu Gubernur, Bupati dan walikota maka yang saya prioritaskan sebagai tawaran kepada masyarakat pemegang hak kedaulatan adalah visi -misi dan program, bukan mencari-cari kesalahan lawan.
Dari visi-misi dan program yang ditawarkan adalah cara terbaik selain untuk membuat masyarakat menilai apakah saya layak atau tidak menjadi pemimpin atau tidak, tetapi juga bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat bagaimana berdemokrasi yang baik, bagaimana memberikan pendidikan politik yang baik.
Pilkada adalah momentum bagi para kontestan untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya kepada rakyat sebagai pemegang hak kedaulatan, kemudian rakyat yang menilai dan memutuskan untuk menentukan sikap politiknya kepada siapa rakyat menjatuhkan pilihannya.
Pilkada adalah momentum dimana para kontestan saling aduh ide dan gagasannya bagaimana membangun daerah dari berbagai aspek. Pilkada bukan ajang sebarkan berita hoax, bukan ajang saling menjatuhkan satu sama lain, bukan ajang saling caci maki, bukan ajang saling menyerang pribadi atau person, bukan juga sebagai ajang mencari-cari kesalahan hukum lawan politik.
Pada agenda yang sudah disusun oleh Komisi pemilihan umum daerah (KPUD) ada yang namanya kampanye damai, pertanyaannya adalah apa yang mau dikampanyekan secara damai kepada masyarakat jika saling menyerang satu sama lain antar para kontestan dan ujung-ujung rakyatlah yang jadi korban hoax dan lain sebagainya.
Harapannya agar rakyat bisa cerdas dalam menerima setiap informasi yang datang baik lewat pesan pribadi WhatsApp, grub WhatsApp dan Facebook tidak cepat-cepat percaya, pastikan terlebih dahulu apakah informasi itu benar atau tidak dengan cara cek and ricek.
Jangan membiasakan diri dengan mencari keuntungan dari berita hoax yang disebarkan, etika kita dalam berpolitik, benar bahwa politik adalah cara untuk mencapai tujuan akan tetapi bukan dengan cara menyebarkan berita hoax, memprovokasi pikiran rakyat, mengadu domba rakyat dengan orang lain.
Politik selalu dicitrakan sebagai barang kotor. Soe Hok Gie mengatakan, politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tapi, suatu saat ketika kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah. Kita tahu bahwa lumpur adalah tempat yang selalu dihindari. Bahkan anak kecil pun selalu dilarang main di lumpur. Kecuali beberapa orang terpaksa turun ke lumpur karena dibenturkan dengan kebutuhan hidup, mengandalkan nafkahnya dari lumpur seperti petani di sawah, tukang bata merah, tukang genteng, dan profesi yang berhubungan dengan lumpur.
Kondisi panggung politik terkini Indonesia menyuguhkan akrobat yang sangat berbahaya, membuat para penonton tegang bahkan tak mau lagi menonton pertunjukan tersebut, apalagi terlibat sebagai aktor. Sebagai contoh dapat kita lihat di media sosial begitu mudahnya menyalahkan, menuduh sesat, bahkan menyebar kabar hoaks sudah menjadi kebiasaan. Hal tersebut juga dilakukan oleh para elite dalam berbagai talkshow yang diselenggarakan di beberapa televisi nasional.
Jika melihat fenomena di atas, politik sangat jauh dari rasa kemanusiaan. Kita dapat melihat fenomena di mana manusia memakan saudaranya sendiri. Padahal seharusnya politik merupakan alat untuk mengabdi pada kemanusiaan, bukan menghamba pada kekuasaan. Meminjam pendapat Aristoteles bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, bukan malah memperkeruh suasana.**