BacaritaMaluku.com–Ambon; Dinamika organisasi kepemudaan terus bergerak, Pemuda Muhammadiyah tidak cukup hanya diisi oleh tokoh yang lahir dari arena kompromi. Ia membutuhkan pemimpin yang lahir dari rahim perjuangan, dipahat oleh nilai, dan dibesarkan oleh integritas. Dan dalam lanskap pergerakan di Maluku hari ini, satu nama yang patut menjadi perhatian kolektif kader adalah Farham Suneth.
Farham bukan muncul karena momentum, bukan pula terdorong oleh ambisi kosong. Ia hadir karena panggilan nilai dan jejak perjuangan yang tak bisa diabaikan. Dalam berbagai momentum keumatan, advokasi sosial, hingga ruang pengkaderan, Farham menunjukkan konsistensi berpikir dan bertindak. Ia bukan hanya menyuarakan perubahan, tapi menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.
PWPM Maluku saat ini berada dalam titik krusial, antara melanjutkan tradisi kejumudan atau melakukan loncatan progresif menuju orientasi gerakan yang lebih substantif. Dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya paham arah ideologis Muhammadiyah, tetapi juga mampu menjembatani realitas sosial Maluku yang majemuk. Di sinilah letak relevansi dan kelayakan Farham.
Figur ini tidak datang membawa label keluarga, patron politik, atau ambisi klan. Ia datang membawa komitmen untuk membangun Pemuda Muhammadiyah sebagai kekuatan moral dan intelektual yang bebas dari kepentingan sesaat. Ia tidak menjadikan organisasi sebagai kendaraan, tetapi sebagai ladang dakwah.
Dalam konteks Maluku yang kompleks, dibutuhkan kepemimpinan yang inklusif, berani, dan berpihak. Farham memiliki sensitivitas terhadap isu-isu akar rumput, sekaligus keberanian menyuarakan yang benar di tengah arus pragmatisme. Kepemimpinannya bukan untuk memelihara status quo, tetapi untuk menciptakan perubahan nyata.
Sudah saatnya kader-kader Pemuda Muhammadiyah Maluku berhenti bertaruh pada figur kompromi. Kita perlu membangun kesadaran kolektif bahwa organisasi ini milik nilai, bukan milik keluarga atau kelompok. Dan Farham Suneth adalah salah satu representasi dari nilai-nilai itu. progresif, bersih, dan punya arah.
PWPM Maluku tidak boleh digadaikan untuk kepentingan sempit. Dan pada momen musyawarah kali ini, memilih figur seperti Farham bukan hanya soal strategi organisasi, tapi juga pertanggungjawaban moral pada masa depan gerakan. ***


















































































