Ambon, BacaritaMaluku.com— Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Abdul Muthalib Sangadji (AMSA) Ambon menggelar kegiatan sosialisasi bertajuk “Pencegahan Bullying dan Hoaks di Era Digital pada Generasi Zoomers atau iGeneration” di MA dan MTs Al Hilaal Morella, Sabtu (25/10) pukul 08.12 WIT.
Kegiatan ini dipandu oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Dr. Sri Ratna Dewi Lampong, M.A., serta menghadirkan pemateri dari mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama, yaitu Amidhan Wadubun, Fatri, Kariyati Buton, dan Yuni Ode.
Menurut pemateri Amidhan Wadubun, kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa tentang bahaya tindakan perundungan (bullying) dan penyebaran berita bohong (hoaks), sekaligus menanamkan nilai penting peran generasi muda dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan harmonis.
“Bullying dan hoaks sama-sama memiliki dampak serius. Keduanya bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, hingga penurunan prestasi akademik. Bahkan, dalam beberapa kasus, bisa memicu konflik antar pelajar maupun antarwarga,” jelas Amidhan.
Ia menambahkan, sosialisasi tersebut juga membahas aspek hukum dan dampak sosial dari tindakan perundungan maupun penyebaran informasi palsu. Melalui kegiatan edukatif ini, siswa diharapkan lebih bijak dalam berinteraksi—baik secara langsung maupun di ruang digital.
Kegiatan tersebut menjadi langkah preventif untuk menekan munculnya permasalahan sosial di lingkungan sekolah, terutama di tengah meningkatnya fenomena tawuran antar pelajar yang sering kali dipicu oleh kesalahpahaman atau informasi menyesatkan.
“Kami berharap siswa-siswi dapat menjadi pelopor dalam menjaga keamanan dan ketertiban di sekolah. Konflik di masyarakat sering berawal dari hal kecil, seperti ejekan atau penyebaran hoaks. Karena itu, membangun kesadaran sejak dini sangat penting,” tambah Amidhan.
Lebih lanjut, Amidhan menekankan pentingnya literasi digital dan empati sosial bagi generasi muda agar tidak mudah terpengaruh oleh arus informasi yang salah.
“Anak muda hari ini hidup di era serba cepat dan digital. Tantangannya bukan hanya bagaimana menggunakan teknologi, tetapi bagaimana tetap bijak, beretika, dan berempati di dunia maya. Jika kita bisa menahan jari dan menjaga hati, kita sudah berkontribusi menciptakan lingkungan yang damai,” tutupnya.***























































































