Namlea, BacaritaMaluku.com— Rangkaian kegiatan Buru eXpedition 2025 resmi mencapai puncaknya dengan keberhasilan Tim Kayak Dayung Jelajah Nusantara menuntaskan perjalanan mengelilingi Pulau Buru sejauh 404,2 kilometer.
Perjalanan laut yang dimulai pada 20 September 2025 dari Pantai Jikumerasa, Namlea, berakhir di titik yang sama pada 19 Oktober 2025 pukul 11.00 WIT, menandai selesainya satu bulan penuh ekspedisi lintas sektor yang memadukan petualangan, riset, dan konservasi lingkungan.
Tim kayak yang terdiri dari lima pendayung — dua perempuan dan tiga laki-laki — menaklukkan ombak dan angin pesisir Buru selama 29 hari penuh.
Perjalanan ini menjadi simbol ketangguhan dan kolaborasi dalam menjelajahi kekayaan alam laut sekaligus menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
Kedatangan tim disambut hangat oleh Asisten I Setda Kabupaten Buru, Nawawi Tinggapi, mewakili Bupati Buru, bersama perwakilan Basarnas Ambon, Dandim 1506/Namlea, Dinas Pariwisata, BNN, serta sejumlah mitra swasta. Dalam sambutannya, Nawawi menyampaikan apresiasi atas semangat dan kontribusi ekspedisi terhadap masyarakat Buru.
“Kami bangga dengan kegiatan ini. Hasil eksplorasi dan penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan menjadi inspirasi generasi muda Buru,” ujarnya.
Bagi para pendayung, perjalanan laut tersebut bukan hanya tentang pencapaian jarak, tetapi juga perjalanan batin.
“Selama 29 hari kami menyatu dengan laut dan diri sendiri. Pulau Buru mengajarkan arti kagum, lelah, dan cinta pada alam yang sesungguhnya,” ujar Nia Anjelina (27), pendayung asal Padang, Sumatera Barat.
Menurut Jihan Syafira, Sekretaris Umum Buru eXpedition 2025, keberhasilan ini menjadi penutup yang kuat bagi seluruh rangkaian kegiatan ekspedisi.
“Buru eXpedition adalah contoh bagaimana ilmu pengetahuan, petualangan, dan pengabdian bisa berjalan bersama. Dari laut hingga darat, setiap kegiatan diarahkan untuk memperdalam pemahaman kita terhadap alam dan memperkuat hubungan dengan masyarakat lokal,” jelasnya.
Selain sirkumnavigasi laut, Buru eXpedition 2025 juga melaksanakan berbagai kegiatan sosial dan konservasi seperti pendakian Gunung Kapalatmada, pemanjatan Tebing Kaku Mahu, operasi katarak, program literasi, serta penanaman mangrove dan pelatihan selam untuk perawatan terumbu karang.
Pada 18 Oktober 2025, tim konservasi menanam 4.000 bibit mangrove di Desa Kaki Air, Kecamatan Kayeli, bekerja sama dengan PT Grab Teknologi Indonesia, Kodim 1506/Namlea, dan masyarakat setempat. Sekitar 40 perahu Bala-Bala milik warga turut mengiringi kegiatan tersebut. Kepala Desa Kaki Air, Rahmawati Dafrullah, menyampaikan rasa syukur atas kunjungan tim ekspedisi.
“Terima kasih banyak sudah datang dan singgah di beta punya desa untuk menanam mangrove,” katanya.
Ketua Program Pengembangan Pesisir Terpadu Wanadri, Achmad Jerry, menegaskan bahwa kegiatan penanaman ini memiliki tujuan jangka panjang.
“Mangrove berperan penting dalam mencegah abrasi, memperbaiki kualitas air, dan membantu proses alami pemulihan lingkungan. Kami akan terus mendampingi masyarakat untuk memastikan keberlanjutannya,” ujarnya.
Sebagai penutup kegiatan, Buru eXpedition akan menggelar Pelatihan Selam untuk Perawatan Terumbu Karang pada 20–26 Oktober 2025, melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk membentuk kelompok penjaga laut lokal.
Buru eXpedition 2025 merupakan kolaborasi antara Wanadri, Mahatva, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, PERDAMI, BASARNAS, TNI AU, TNI AD, Kodam Pattimura, Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Kabupaten Buru dan Buru Selatan, Universitas Iqra Buru, Dinas Kesehatan, serta tokoh adat, masyarakat lokal, dan mitra swasta.***























































































